(Sempena malam raya Aidil Fitri 2006, ketika saya berada jauh dari keluarga bahkan kawan.)
Sajak : Ini Yang Terakhir
Oleh : al_jantanie
Ini Terawih yang terakhir,
Kenapa tidak sedih?
Ini Ramadhan yang terakhir,
Kenapa tidak duka?
Ini detik terakhir,
Doa yang termustajab,
Kenapa tidak minta?
Ini masa terakhir,
Dosa diampunkan,
Kenapa tidak pohon?
Ini malam yang terakhir,
Kenapa tidak berasa apa-apa?
Ini tahajjud yang terakhir,
Kenapa tidak berubah apa-apa?
Inilah Ramadhan terakhir,
Kenapa tidak pilu,
Meninggalkannya?
al_jantanie
manhumi_ilm
Wednesday, January 18, 2006
Tuesday, January 10, 2006
18 - Biar Lagi
Sajak ini dikarang di akhir tahun kedua, atau di awal tahun ketiga saya berada di bumi orang. Dibukukan dalam antologi Cinta dan Rona Kinanah bersama 15 penulis yang lain.
Sajak : Biar Lagi
Oleh : al_jantanie
Mengapa asyik mengaduh sakit,
Kemudian terlantar membiarkan.
Mengapa asyik berserah hingga,
Malam pergi siang pun datang.
Adakah kalau terpinga kaku,
Kau lega kemudian menyesal lagi.
Kalau benar masamu kurang,
Mengapa biarkan habis berlalu?
Dan,
Engkau masih begitu juga.
Sajak : Biar Lagi
Oleh : al_jantanie
Mengapa asyik mengaduh sakit,
Kemudian terlantar membiarkan.
Mengapa asyik berserah hingga,
Malam pergi siang pun datang.
Adakah kalau terpinga kaku,
Kau lega kemudian menyesal lagi.
Kalau benar masamu kurang,
Mengapa biarkan habis berlalu?
Dan,
Engkau masih begitu juga.
Sunday, January 08, 2006
17 - Tolong
Sajak ini dikarang di awal-awal ketika saya berada di Mesir. Kalau tak salah, di akhir tahun pertama.
Sajak: Tolong
Oleh : al_jantanie
Tolong,
Jangan matikan langkah kerna,
Kepimpinan bertukar,
Jangan hentikan pena kerna,
Mandat berpindah,
Jangan matikan cita kerna,
Wajah berganti,
Dan Engkau,
Mengapa?
Kaku sendiri-sendiri.
Tolong,
Jangan sekati langkah sebab,
Penulis melangkau batas masa,
Melepas had ketetapan bahawadia ketua,
dia pembantu,
dia pengikut,
Tetapi,
Batas dicantas saat pena berlari,
Had dikerat saat mandiri berpaksi,
Mengapa harus melemah dan memundur diri?
Tolong,
Jangan meletak wajar di paksi rasa,
Engkau rebah kelak,
Tetapi kukuhkan ia di pentas akal,
Wajarmu terus utuh,
Memegang cita penulis,
Meraja di akli,
Membentuk nubari.
Tolong,
Bukan kerana aku tetapi Dia,
Langkahmu persis langkah pahlawan,
Bila maju pantang undur kembali,
Dan tolong,
Bila berlari sekencang angin,
Bila berpaksi sekukuh gunung.
Tolong,
Andai sendirian jangan futur terus ke hadapan,
Andai lemah jangan kaku terus bertahan,
Andai salah jangan malu terus betulkan,
Andai dan andaian,
Pilihlah yang terbaik kerana Tuhan.
Tolong,
Engkau carikan benar di ladang keazaman.
Jumaat,
9 September,
Cairo.10.20 pagi.
Sajak: Tolong
Oleh : al_jantanie
Tolong,
Jangan matikan langkah kerna,
Kepimpinan bertukar,
Jangan hentikan pena kerna,
Mandat berpindah,
Jangan matikan cita kerna,
Wajah berganti,
Dan Engkau,
Mengapa?
Kaku sendiri-sendiri.
Tolong,
Jangan sekati langkah sebab,
Penulis melangkau batas masa,
Melepas had ketetapan bahawadia ketua,
dia pembantu,
dia pengikut,
Tetapi,
Batas dicantas saat pena berlari,
Had dikerat saat mandiri berpaksi,
Mengapa harus melemah dan memundur diri?
Tolong,
Jangan meletak wajar di paksi rasa,
Engkau rebah kelak,
Tetapi kukuhkan ia di pentas akal,
Wajarmu terus utuh,
Memegang cita penulis,
Meraja di akli,
Membentuk nubari.
Tolong,
Bukan kerana aku tetapi Dia,
Langkahmu persis langkah pahlawan,
Bila maju pantang undur kembali,
Dan tolong,
Bila berlari sekencang angin,
Bila berpaksi sekukuh gunung.
Tolong,
Andai sendirian jangan futur terus ke hadapan,
Andai lemah jangan kaku terus bertahan,
Andai salah jangan malu terus betulkan,
Andai dan andaian,
Pilihlah yang terbaik kerana Tuhan.
Tolong,
Engkau carikan benar di ladang keazaman.
Jumaat,
9 September,
Cairo.10.20 pagi.
Saturday, January 07, 2006
16 - Sudu Dan Kuah
Sajak ini dikarang di tahun ketiga saya di luar negara.
Sajak : Sudu Dan Kuah
Oleh : al_jantanie
Percayakah anda,
Si Tutur jadi bisu,
Bila tidak berkata,
Si Alim jadi jahil,
Bila sombong membata.
Orang kata,
Si Kaya jadi miskin,
Bila suka meminjam,
Si cerdik jadi bodoh,
Bila benci bertanya.
Dan hasilnya,
Bila kuah tidak disudu,
Dan sudu tidak dikuahi,
Orang kata,
Apa ertinya itu semua?
27 Julai 2005,
Kaherah.
01 : 47
Sajak : Sudu Dan Kuah
Oleh : al_jantanie
Percayakah anda,
Si Tutur jadi bisu,
Bila tidak berkata,
Si Alim jadi jahil,
Bila sombong membata.
Orang kata,
Si Kaya jadi miskin,
Bila suka meminjam,
Si cerdik jadi bodoh,
Bila benci bertanya.
Dan hasilnya,
Bila kuah tidak disudu,
Dan sudu tidak dikuahi,
Orang kata,
Apa ertinya itu semua?
27 Julai 2005,
Kaherah.
01 : 47
Wednesday, January 04, 2006
14 - Aku Cuma Si Kecil
Sajak ini di tulis setelah setahun berada di Mesir, di awal-awal tahun kedua pengajian.
Sajak : Aku cuma Si Kecil
Oleh : al_jantanie
Aku cuma Si Kecil,
Yang entah bila akan besar.
Aku cuma Si Kecil,
Berdiri tidak kukuh,
Melangkah tidak jauh,
Terbang tidak tinggi,
Tetapi kecilku,
Kecil tapak tangan,
Nyiru aku tadahkan.
Aku cuma Si Kecil,
Tidak perlu hingga dijulang,
Semakin tinggi,
semakin jauh
Dari orang,
Semakin tinggi,
semakin hilang
Dari pandangan.
Aku cuma Si Kecil,
Dikutip tidak menambah,
Dibuang tidak mengurang,
Tetapi yang bertambah berkurang,
Itulah kemanusiaan.
Aku cuma Si Kecil,
Tetapi lebih besar,
Daripada Si Besar yang berjiwa kecil.
Aku cuma Si Kecil,
Yang mempersoalkan,
Mengapa kita terlalu mengisahkan,
Kecil besar,
Bukankah yang kecil itu kita,
Yang besar itu Tuhan,
Menyatakan,
Engkau juga kecil di sisi Tuhan.
Aku cuma Si Kecil.
1 Ramadhan 142515 Oktober 2004
6.55 malam – Kaherah.
Sajak : Aku cuma Si Kecil
Oleh : al_jantanie
Aku cuma Si Kecil,
Yang entah bila akan besar.
Aku cuma Si Kecil,
Berdiri tidak kukuh,
Melangkah tidak jauh,
Terbang tidak tinggi,
Tetapi kecilku,
Kecil tapak tangan,
Nyiru aku tadahkan.
Aku cuma Si Kecil,
Tidak perlu hingga dijulang,
Semakin tinggi,
semakin jauh
Dari orang,
Semakin tinggi,
semakin hilang
Dari pandangan.
Aku cuma Si Kecil,
Dikutip tidak menambah,
Dibuang tidak mengurang,
Tetapi yang bertambah berkurang,
Itulah kemanusiaan.
Aku cuma Si Kecil,
Tetapi lebih besar,
Daripada Si Besar yang berjiwa kecil.
Aku cuma Si Kecil,
Yang mempersoalkan,
Mengapa kita terlalu mengisahkan,
Kecil besar,
Bukankah yang kecil itu kita,
Yang besar itu Tuhan,
Menyatakan,
Engkau juga kecil di sisi Tuhan.
Aku cuma Si Kecil.
1 Ramadhan 142515 Oktober 2004
6.55 malam – Kaherah.
Tuesday, January 03, 2006
13 - Merdeka
Sajak ini dikarang sejak sebelum ke Mesir lagi, ketika masih bertugas menjadi guru sementara, diminta menyertai pertandingan menulis sajak kalau tak silap, tahun 2003.
Sajak : Merdeka
Oleh : Mohd Zaki
Merdeka,
Hari ini aku merasa bangga,
Menjadi anak Malaysia yang,
Merdeka.
Merdeka,
Engkau lahir dari perjuangan anak bangsa,
Menaruh harapan pada harta dan nyawa,
Demi untukmu,
Merdeka.
Merdeka,
Sebelum engkau lahir,
Sudah banyak darah mengalir,
Setelah engkau lahir,
Masih ada air mata yang dialir.
Merdeka,
Sebelum kelahiranmu,
Bapaku datukku dan moyangku,
Semuanya asyik menantimu.
Merdeka,
Demimu moyangku berjuang,
Demimu datukku berusaha,
Demimu bapaku gembira,
Semata-mata,
Kerana Allah yang esa.
Merdeka,
Moyangku dengan bangga melaungkan “merdeka”,
Datukku dengan gembira melaungkan “merdeka”,
Bapaku dengan suka melaungkan “merdeka”,
Dan kini giliran aku pula,
Merdeka merdeka merdeka.
Merdeka,
Sebelum kelahiranmu,
Moyangku mengangkat senjata,
Serang menyerang tembak menembak,
Satu bom yang dilontar,
Hancur berkecai yang lainnya.
Satu pejuang yang tumbang,
Entah berapa titik air mata,
Mengalir bangga.
Merdeka,
Ketika engkau dalam kandungan,
Datukku tidak pernah putus berdoa,
Moga Tunku Abdul Rahman berjaya,
Bermesyuarat besar tiga bangsa,
Mengumpul duit mencari belanja,
Menghadap Queen Elizabeth di luar negara.
Merdeka,
Ucapkanlah tahniah pada wira negara,
Ucapkanlah terima kasih pada semangat mereka,
Ucapkanlah syukur pada tuhan yang esa.
Merdeka,
Sekarang engkau sudah dewasa,
Lebih empat dekat usia,
Aku tetap berdoa,
Engkau dan Qiamat,
Meninggal dunia satu usia,
Merdeka,
Kini tugas aku pula,
Hidup merdeka memelihara kemerdekaan,
Kerana aku juga ingin,
Mati sebagai anak merdeka.
Merdeka,
Terima kasih merdeka.
Sajak : Merdeka
Oleh : Mohd Zaki
Merdeka,
Hari ini aku merasa bangga,
Menjadi anak Malaysia yang,
Merdeka.
Merdeka,
Engkau lahir dari perjuangan anak bangsa,
Menaruh harapan pada harta dan nyawa,
Demi untukmu,
Merdeka.
Merdeka,
Sebelum engkau lahir,
Sudah banyak darah mengalir,
Setelah engkau lahir,
Masih ada air mata yang dialir.
Merdeka,
Sebelum kelahiranmu,
Bapaku datukku dan moyangku,
Semuanya asyik menantimu.
Merdeka,
Demimu moyangku berjuang,
Demimu datukku berusaha,
Demimu bapaku gembira,
Semata-mata,
Kerana Allah yang esa.
Merdeka,
Moyangku dengan bangga melaungkan “merdeka”,
Datukku dengan gembira melaungkan “merdeka”,
Bapaku dengan suka melaungkan “merdeka”,
Dan kini giliran aku pula,
Merdeka merdeka merdeka.
Merdeka,
Sebelum kelahiranmu,
Moyangku mengangkat senjata,
Serang menyerang tembak menembak,
Satu bom yang dilontar,
Hancur berkecai yang lainnya.
Satu pejuang yang tumbang,
Entah berapa titik air mata,
Mengalir bangga.
Merdeka,
Ketika engkau dalam kandungan,
Datukku tidak pernah putus berdoa,
Moga Tunku Abdul Rahman berjaya,
Bermesyuarat besar tiga bangsa,
Mengumpul duit mencari belanja,
Menghadap Queen Elizabeth di luar negara.
Merdeka,
Ucapkanlah tahniah pada wira negara,
Ucapkanlah terima kasih pada semangat mereka,
Ucapkanlah syukur pada tuhan yang esa.
Merdeka,
Sekarang engkau sudah dewasa,
Lebih empat dekat usia,
Aku tetap berdoa,
Engkau dan Qiamat,
Meninggal dunia satu usia,
Merdeka,
Kini tugas aku pula,
Hidup merdeka memelihara kemerdekaan,
Kerana aku juga ingin,
Mati sebagai anak merdeka.
Merdeka,
Terima kasih merdeka.
Sunday, January 01, 2006
11 - Ada Sesuatu
Antara sajak-sajak terawal dikarang sejak sebelum ke Mesir lagi.
Sajak : Ada sesuatu
Oleh : Mohd Zaki
Ada sesuatu,
Tatkala nafas ditarik panjang,
Di sebalik wajah yang bungkam,
Sesekali mata terpejam,
Lama bagai merenung,
Jauh ke dalam.
Ada sesuatu,
Ketika muka mendongak,
Hari siang bagaikan malam,
Sebak pilu hampa,
Dari mata yang lesu,
Tidak bermaya,
Ada air mata,
Yang mengalir,
Bagaikan sebuah permata,
Sangat berharga dan,
Bermakna.
Ada sesuatu,
Saat di mana nafas berlari,
Turun naik tanpa henti,
Melilau mata mencari sesuatu,
Berdebar-debar dada.
Ada sesuatu,
Tatkala ia berlaku,
Apakah itu?
Sajak : Ada sesuatu
Oleh : Mohd Zaki
Ada sesuatu,
Tatkala nafas ditarik panjang,
Di sebalik wajah yang bungkam,
Sesekali mata terpejam,
Lama bagai merenung,
Jauh ke dalam.
Ada sesuatu,
Ketika muka mendongak,
Hari siang bagaikan malam,
Sebak pilu hampa,
Dari mata yang lesu,
Tidak bermaya,
Ada air mata,
Yang mengalir,
Bagaikan sebuah permata,
Sangat berharga dan,
Bermakna.
Ada sesuatu,
Saat di mana nafas berlari,
Turun naik tanpa henti,
Melilau mata mencari sesuatu,
Berdebar-debar dada.
Ada sesuatu,
Tatkala ia berlaku,
Apakah itu?
Subscribe to:
Posts (Atom)