Dikarang sejak di tahun keenam pengajian, tetapi disiapkan pada tahun berikutnya.
Sajak: Di depan-Mu Tuhan
Oleh: Mohd Zaki.
Di depan-Mu Tuhan
apakah yang menggigilkan?
Longgokan noda dosakah
atau sejuk musim dingin
Di depan-Mu Tuhan
apakah yang mengesalkan?
Kurang amal dan taubatkah
atau lupa berbaju tebal
Di depan-Mu Tuhan
apakah yang kupintakan?
Mohon diampun-maafkankah
atau segera memanaskan badan
Di depan-Mu Tuhan
apakah yang mencurikan perhatian?
Aluan ayat suci-Mu kah
atau dunia yang takkan habis
kukejarkan
Monday, January 25, 2010
Monday, July 13, 2009
36-Yang Kuadukan
Dikarang di tahun keenam pengajian.
Sajak: Yang Kuadukan
Oleh: Mohd Zaki.
O Tuhan yang kuadukan
luluh hati
pada segunung emas di tangan orang
dan segenggam pasir di tangan diri
tapi bila kupandang agung nikmat-Mu
pada nafas, pandang dan dengar
baru kusedar pembendaharaan-Mu
teranugerah sudah.
O Tuhan yang kuadukan
pilu diri
pada ceteknya tahuan diri
dan lautnya arifan si lain
lalu gugurlah segala kenamaan
ketinggian dan kebanggaan
tapi bila kupandang tulus makrifah-Mu
baru kusedar tiada hujung capaian
dan setitis kurniaan ilmu
sudah terhingga syukurku.
O Tuhan yang kuadukan
sengsara diri
pada terbatasnya capaian
sempitnya laluan
sedikitnya kegembiraan
tapi bila terkenangkan Pengasih-Mu
kembalilah besar harapanku
dan dalam doaku.
Sajak: Yang Kuadukan
Oleh: Mohd Zaki.
O Tuhan yang kuadukan
luluh hati
pada segunung emas di tangan orang
dan segenggam pasir di tangan diri
tapi bila kupandang agung nikmat-Mu
pada nafas, pandang dan dengar
baru kusedar pembendaharaan-Mu
teranugerah sudah.
O Tuhan yang kuadukan
pilu diri
pada ceteknya tahuan diri
dan lautnya arifan si lain
lalu gugurlah segala kenamaan
ketinggian dan kebanggaan
tapi bila kupandang tulus makrifah-Mu
baru kusedar tiada hujung capaian
dan setitis kurniaan ilmu
sudah terhingga syukurku.
O Tuhan yang kuadukan
sengsara diri
pada terbatasnya capaian
sempitnya laluan
sedikitnya kegembiraan
tapi bila terkenangkan Pengasih-Mu
kembalilah besar harapanku
dan dalam doaku.
Sunday, March 15, 2009
33-Telah Aku
telah aku simpankan
dalam bekas
yang selalu aku cucikan
cahaya yang aku tabungkan
dari mentari senyuman
yang kalian pancarkan
tapi bekasku berdindingkan cermin
yang pecah
pantulannya mencapah
tak kembali ke asal
telah aku cantumkan
cermin di dinding bekas
yang selalu aku cucikan
tapi jariku selalu luka
mengotori cermin itu
dan pantulan cahaya itu
sudah tidak jernih seperti dulu
telah aku cucikan
di cerminku yang retak pecah
darah yang mengkaburkan pantulan
dari cahaya mentari kalian
dengan air paling jernih
darah itu tanggal
tapi cantuman kaca itu pula luruh
dan pantulan tak juga kembali
ke asal
lalu,
bekas ini
cermin ini
cahaya itu
mentari itu
adalah perantara kita
walau bagaimanapun keadaannya
dan buruknya kita.
dalam bekas
yang selalu aku cucikan
cahaya yang aku tabungkan
dari mentari senyuman
yang kalian pancarkan
tapi bekasku berdindingkan cermin
yang pecah
pantulannya mencapah
tak kembali ke asal
telah aku cantumkan
cermin di dinding bekas
yang selalu aku cucikan
tapi jariku selalu luka
mengotori cermin itu
dan pantulan cahaya itu
sudah tidak jernih seperti dulu
telah aku cucikan
di cerminku yang retak pecah
darah yang mengkaburkan pantulan
dari cahaya mentari kalian
dengan air paling jernih
darah itu tanggal
tapi cantuman kaca itu pula luruh
dan pantulan tak juga kembali
ke asal
lalu,
bekas ini
cermin ini
cahaya itu
mentari itu
adalah perantara kita
walau bagaimanapun keadaannya
dan buruknya kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)